Chapter 1 - Bencana
Dengan cepat aku berlari menyusuri kerumunan orang di
tengah kota, dengan membawa sebuah apel merah yang masih segar dengan sebuah
teriakan dari orang yang mengejar ku, dia adalah pemilik toko buah yang sudah
sering kali aku curi barang dagangannya. Aku hanya lah seorang anak terlantar
dari desa terpencil di pinggir kerajaan, orang tuaku meninggal saat aku berumur
2 tahun dan aku di ambil oleh seorang pedagang keliling dan mereka menjual ku
sebagai budak untuk para bangsawan. Meski kehidupan ku ironis tapi aku bertekad
untuk menjalani hidup dengan cara ku sendiri.
“hei bocah berhenti, atau akan ku bunuh kau !” teriak
pemilik toko buah, aku menghiraukannya dan masuk ke dalam gang sempit dan
gelap, lalu bersembunyi di antara tumpukan sampah, dengan rasa senang dan puas,
aku melahap apel itu dengan lahap tanpa menyisakannya sedikit pun dan aku
kembali keluar gang tersebut.
“hai bocah mau lari kemana kau sekarang ?” dengan muka
licik dan senyum iblis, pemilik toko itu menangkapku dan menghajar ku tanpa
belas kasihan, dalam beberapa menit bebepara bagian tubuhku mengeluarkan darah
segar seperti di mulut, hidung dan kepalaku, wajahku penuh luka memar dan
beberapa tulang ku patah, jika saja seorang pria tua tidak menghentikannya
mungkin aku sudah mati di tangan pemilik toko buah itu.
“hentikan !” teriak pria tua itu dan menghentikan sang
pemilik toko
“diam lah ! akan ku beri pelajaran anak ini !” dengan
amarah yang sudah tak terkendali dia mencoba memukulku lagi, tapi pria tua itu
menceganya, tangan pemilik tiki itu iya peganang dengan erat dari belakang.
“apa kau ingin membunuhnya ?” tanya pria tua itu dengan
wajah dan aura membunuh yang sangat mengerikan. Setelah itu aku tak sadarkan
diri
Saat sadar aku tengah berbaring di sebuah tempat tidur
yang sangat nyaman, dengan menggunakan sebuah kapas yang terbuat dari bulu
domba di lapisi dengan kain yang halus, sebuah selimut tengah mendekapku
hangat, namun aku segera bangkit karena aku menyadari kalau aku sedang mendapatkan
masalah.
“tulang rusuk dan tangan kanan yang patah, beberapa luka
dalam yang lumayan parah, belum lagi luka luar yang terlihat sangat
menyakitkan, bagai mana bisa kau bisa sembuh hanya waktu 3 hari ?” suara pria
tua terdengar dari arah pintu bersamaan dengan langkah kakinya, aku langsung
melncat dari tempat tidur itu dan bersiap melarikan diri jika dia akan
menyakiti ku.
“tenang lah, aku tidak akan menyakiti mu, aku hanya
ingin mengajukan beberapa pertanyaan kepadamu” tanyanya. “hei bocah siapa nama
mu, aku Ferdant Guilo” lanjutnya, tapi aku hanya diam tak menjawab nya.
“apa kau tak bisa bicara ?” tanyanya lagi, tapi aku
hanya bisa diam dan melihat situasi yang sedang ku hadapi.
“hufft, kau tak mau bicara, baiklah aku akan menaruh ini
di sini, jika kau mencariku, aku ada di lantai bawah” dia pergi selagi
meninggalkan beberapa mangku makanan yang dia bawa dalam sebuah wadah datar,
aromanya sangat harum dan terlihat makanan di atasnya terasa sangat enak,
setelah pria tua itu pergi, aku langsung berlari dan memakan semua makanan yang
ada di dalam mangkuk tersebut sampai habis tanpa tersisa.
Setelah menyelesaikan makanan ku, aku mencoba keluar
kamar dengan hati-hati untuk melihat ke adaan, dari atas aku meliaht orang tua
itu tengah membaca buku di depan perapian dengan semangkuk teh di sampingnya,
untuk beberapa saat aku mengamatinya sampai akhirnya dia menyadari keberadaan
ku.
“kemarilah, aku tidak akan menyakiti mu, jadi jangan
takut” ucapnya tanpa menoleh dan dalam posisi yang sama, aku berjalan pelan dan
mendekatinya, aku mencoba mencari tahu tentang orang tua ini. “haha, kau
seperti hewan liar yang sangat waspada, aku suka caramu yang seperti ini” aku
sedikit kebingungan dengan ucapannya, “kau !, siapa namamu bocah ? apakah kau
benar-benar tak bisa bicara ?” tanyanya dengan wajah tersenyum, tapi aku hanya
diam dan mengamati pergerakannya.
Suara langkah kecil dan debrakan sebuah pintu yang
keras, “ayah, lihatlah aku membuat bunga mahkota untuk mu” unjar gadis kecil
yang sangat ceria sembari memberikan mahkota buatan dari beberapa bunga.
“haha, terimaksih Raven, kau memang putriku yang manis”
pria tua itu terlihat sangat bahagia di wajahnya.
“siapa dia ayah ?” tanya reven kecil yang melihatku
hanya diam seperti patung.
“dia adalah pencuri kecil yang ku temukan hari ini saat
aku akan berbelanja” jawabnya santai
“hemph, lagi-lagi ayah membawa pulang orang lain
kerumah” cetus Raven kecil
“ayolah Raven, kau tidak seharusnya berkata seperti itu,
kita harus menolong orang yang sedang tertindas” pria itu tersenyum dan mengelus-elus
kepala Raven yang sedang cemburu.
Raven melihat dan mengamatiku dengan cermat, dan dia
mencoba mendekatiku, biasanya aku akan bereaksi kepada orang lain entah kenapa
dengan aku hanya bisa diam dan membiarkannya mengamati ku,wajah yang sombong,
mata yang merendahakan dan senyum hangat Raven setelah mengamatiku. “hei aku
Raven, siapa namamu ?” Raven mulai berbicara kepada ku, tapi aku hanya bisa
diam memperhatikannya, “ayah apakah dia tidak bisa bicara ?” tanya raven kepada
ayahnya.
“yah mungkin, akan sulit mengenali namaya, baiklah kalo
begitu kita beri nama saja Raven bagai mana ? ” pria tua itu memberikan sebuah
nama,
“maaf pak ada situasi genting sekarang, kami membutuhkan
anda untuk memimpin pasukan, ada sekelompok monster di dekat gerbang utara yang
mencoba masuk, dan para penjaga tidak mampu menahannya lebih lama lagi” seorang
kesatria dengan pakaian lengkap datang dan membawa pria tua itu bersamanya.
“Raven ayah akan pergi keluar sebentar, kau diam dirumah
dan jangan pergi keluar, mengert !” unjar pria tua itu dengan wajah serius.
“baiklah ayah, kau harus segera pulang” jawab Raven yang
terlihat sedikit dewasa.
Setelah pria tua itu pergi, Raven mengajak ku pergi ke
sebuah tempat persembunyian, di dalam ruang bawah tanah yang terlihat sedikit
luas, di sana juga tampak seperti gudang dengan persedian makanan dan minuman
selama beberapa bulan, pencahayaannya terletak pada celah dinding yang terbuat
dari kayu dan sengaja di buat untuk menyinari ruangan tersebut dan sebuah kotak
berukuran sedang yang di dalam nya terdapat banyak lilin dan pematik api,
ruangan ini sudah di rancang untuk tempat persembunyian yang sangat genting.
“kita akan tetap di sini sampai ayah ku pulang, kau
jangan pernah berfikir untuk keluar jika kau ingin hidup, sekarang para monster
itu pasti sudah memasuki kota” unjar raven dengan bersikap dewasa, namun itu
hanya tindakan yang dia buat untuk membuatnya terlihat dewasa, untuk
menanggapinya aku hanya mengagguk. Raven mulai bercerita panjang lebar tenang
dirinya, ibunya menunggal saat dia masih bayi, saat itu terjadi adalah tepat
dimana para monster mulai mengamuk dan memulai penyerangan besar di seluruh
dunia, ibunya mati ditangan seekor Chimeria dengan tubuh telah tercabik-cabik,
dia selamat karena ayahnya pergi ke istana kerajaan untuk mendapatkan bantua
dan di situlah dia selamat dan hidup sampai sekarang.
“aku Rama, Kenta Rama” untuk pertama kalinya dalam
hidupku aku berbicara dengan orang lain, itu terjadi setelah melihat kesediahan
di mata raven, aku tau apa yang dia rasakan, rasa kehilangan seseorang yang di
cintai.
Sepuluh tahun berlalu sejak aku di adopsi oleh pria tua
bernama Ferdant Guilo dari kesatuan tentara kerajaan dan menjadi seorang
komandan terkenal dalam peperangan, aku banyak di latih olehnya, cara bertarung
menggunakan tangan kosong, cara bertarung menggunakan semua senjata, berburu,
bahkan terkadang aku pergi mengalahkan monster yang berada di pinggir kerajaan.
Tidak hanya aku yang berlatih, Raven pun ikut berlatih, tapi dia hanya
mempelajari sihir dan berburu, sihirnya sangat mengaggumkan dengan mana yang
besar, dia menjadi ahli sihir berbakat dengan kemampuan penyembuhan di atas
rata-rata, terkadang kami pun hanya berpergian berdua saja saat Ferdant pergi
mengambil misi.
“hei Rama, apa yang akan kau lakukan sekarang ? apa kau
akan ikut pelatihan menjadi kesatria ?” suatu hari Raven bertanya kepadaku di
atas sebuah bukit yang indah.
“tidak, aku akan menjadi seorang petualang” jawabku
dengan santai
“kenapa kau ingin menjadi seorang petualang ?” tanya raven
penasaran, “akan sangat mudah bagi mu untuk masuk kemiliteran istana”lanjutnya
“aku hanya ingin ke bebasan, tapi aku tak bisa pergi
beitu saja dari kota ini, aku harus
membayar semua hutangku kepada Ferdant” jawabku sembari menyandar ke
sebuah pohon rindang.
“ah, kau membahas itu lagi, bukan kah ayah ku sudah
bilang untuk mengambil jalan mu sendiri jika kau ingin membalas budi ?” Raven
medesah kesal
“ya aku tau itu, tapi setidaknya aku akan melindungimu
untuk membalas semua kebaikan ayahmu, lagi pula ayah mu sudah sangat tua jadi
aku akan menggantikannya untukmu” jawabku yang membuat Raven tersipu malu.
“jika kau ingin membalas budi kepada ayahku, maka
jadilah seorang petualang sejati, sebenarnya aku ingin ikut bersama mu tapi aku
tak bisa meninggalkan ayah, di sudah sering sakit-sakitan, jika aku ikut
bersama mu siapa yang akan mengurusi ayah ” jawab Raven dengan nada lirih.
“itu mun menjadi alasan ku untuk tidak bisa pergi”
unjarku dengan senyuman
Hari sudah mulai gelap warna jingga dan hitam mulai meyelimuti
belahan bumi yang aku pijak dan di hiasi jutaan bintang di langit yang begitu
indah, ini akan menjadi malam yang cerah untuk beristirahat, kami mulai
berjalan menuruni bukit dan melewati beberapa anak suangi, dan menuju gerbang
kota, tampak 2 orang penjaga sedang asik mengobrol.
“apa kalian sedang kenacan Raven ?” goda seorang penjaga
yang melihat kedatangan kami berdua.
“berisiki kalian semua, aku tidak sedang berkencan !,
lagi pula siapa yang mau dengan pria ini” bantah Raven dengan wajah memerah dan
tersipu malu, tapi aku hanya diam dan mengacuhkan perkataan mereka.
“lihatlah wajah Raven memerah haha, dia sepertinya malu”
unjar penjaga yang lain.
Kami meninggalkan mereka yang sedang tertawa, Raven
berjalan agak cepat karena kesal dan segera pulang kerumah untuk menenangkan
isi hatinya, beberapa hari berselang ayah raven menderita sakit parah, beberapa
dokter dan pendeta di panggil untuk menyembuhkan luka Ferdant, sementara Raven
tengah menangis dan memegang erat tangan ayahnya.
“Sepertinya kita harus mencari obat langka untuk
menyembuhkannya, tapi bahan-bahan ini hanya bisa di dapatkan di kolam racun,
dan beberapa toko terdekat tidak menyediakan bahan tersebut dan di kerajaan pun
stok sudah habis, jadi kami hanya bisa menyaran kan kau mengambil bahan
tersebut secepat mungkin” unjar salah satu dokter kerkemuka.
“baiklah aku akan pergi” Raven berdiri dan mengambil
pisau dan busur
“tetaplah di sini, aku akan mencarinya dan segera
kembali, kau tetap disini mengurus Ferdant” cegahku sembari mengenakan jubah
berwarna hitam, aku keluar dan berlari sekuat tenaga, dengan kecepatan tinggi
aku berlari seperti terbang dengan melangkahi atap-atap rumah para penduduk dan
pergi menuju gerbang timur, di sana aku menemui penjaga yang sedang bertugas
dan menjelaskan apa yang sedang terjadi, lalu berlari kembali menuju Kolam
Racun diman terdapat bunga flombring yang sangat langka, tapi untuk sampai
kesana aku membutuhkan satu hari penuh jika para monster sedang aktif, tapi aku
harap para monster di sana sedang tidak aktif.
Dalam waktu setengah hari aku sampai di kolam racun dan
langsung mengenakan penutup mulut, situasi di tempat ini sangatlah aneh,
terlalu tenang untuk tempat yang berbahaya, tapi aku tak terlalu
menghiraukannya, sebab yang ku pikirkan adalah keselamatan Ferdant, aku lihat
setangkai bunga Flombring di antara himpitan batu di pinggir kolam, aku
mendekatinya dan mancoba mengambilnya, namun tanah yang ku pijaki mulai
bergetar hebat, dan ribuan cahaya muncul di antara kabut-kabut beracun, cayaha
kuning yang terlihat seperti mata kucing di malam hari, dengan cepat aku
menagmbil bunga tersebut dan mengeluarkan senjata berjenis Dagger dengan pola
ukiran naga.
Aku mencoba mengamati di sekelilingku, aku terkepung
oleh ratusan pasang mata yang wujudnya hanya hitam karena kabut yang
menhalangi, sebuah seranga datang dari atas, makhluk hijau jelek bertelinga
panjang dan berpostur pendek itu mencoba menyerang ku, dengan cepat aku
melompat ke arah kanan dan menghindarinya,namun sesosok makhluk yang sama
menyerang ku dari arah kanan, karena pergerakan yang terlihat lambat aku
berhasil menghindar sekaligus menyerang dengan menusuk bagian dada makhluk
tersebut dan makhluk itu pun menjerit kesakitan.
Saat aku sadari itu adalah goblin, makhluk yang
mempunyai pemikiran seperti manusia namun perkemabangannya sangat lambat, dan
memiliki kekejian yang tak pandang bulu. Dua Goblin datang dari arah kiri dan
meyerangku, dengan menggunakan pisau lemapar aku berhasil membuat keduanya
terjatuh saat pisau-pisau itu mendarat tepat di kening mereka, aku terkejut
dengan sesosok bayangan besar dan memegang batang pohon mencoba menyerangku,
aku melompat ke kiri lalu kebelakang untuk membuat jarak, tapi tak sampai kaku
ku mendarat tiga ekor goblin menyerangku dari belakang, dan aku kembali di kejutkan
dengan serang kejutan mereka, aku menangkis sebuah pedang yang di bawa goblin
pertama yang mendekat dan membiarkan kaki ku mendarat terlebih dahulu, kemudian
mengeluarkan sebuah pedang saat aku menghindari serang goblin kedua dan
melempar Dagger ke arah goblin ke tiga, setelah memastikan kaki ku mendarat
dengan sempurna, selanjutnya keki kiriku menendang goblin pertama dengan di
ikut sebuah putaran untuk menghin dari serangn goblin kedua, goblin pertama
terpental beberapa meter dan aku langsung menebas dengan pedang ke arah kepala
goblin kedua, darah berwarna hijau berhaburan di kepala Goblin tersebut dan
dapat di pastikan dia tewas seketika.
Lalu aku lari menuju goblin pertama dan mencoba
menyerangnya, namun Hob Goblin muncun menangkis serangan ku menggunakan Tameng
besi yang besar, dan di ikuti Goblin pertama yang meloncat ke arah ku, aku
langsung mundur beberapa meter ke belakang dan mencoba mencari cara untuk
menghabisinya, namun aku teringat dengan Ferdant dan Raven, tak ada waktu untuk
meladeni monster-monster ini, aku harus mencari cara untuk pergi dari sini.
Tapi para goblin ini tak membiarkan ku lewat, satu demi
satu para goblin ini muncul dan menyerangku berkali-kali, banyak sudah goblin
yang aku bunuh dan terkapar di tanah, namun setelah beberapa jam kemudian, para
goblin itu hilang di tengah kabut, dengan sedikit tenaga yang aku punya, aku
segera berlari menuju Gerbang istana, dengankecepatan penuh, hanya kurang dari
setenga hari aku sudah berada di pintu gerbang kota, namun langit malam waktu
itu sangat merah dan panas, api melahap setiap bangunan yang terbuat dari kayu,
darah yang para penjaga yang bercucuran di dinding benteng, banyak monster yang
berlalu lalang memakan dan membunuh setiap orang di dalam kota.
Hati ku tidak menentu, entah kenapa ini bisa terjadi,
aku segera berlari menuju rumah, saat aku tiba di depan rumah, yang kulihat
seekor Chimera tengah memakan bagian tubuh manusia, di sana yang aku lihat
adalah sebuah tangan dengan cincin merah tua berlambang pedang, itu adalah tangan
Ferdant, hati terasa hancur, melihat kejadian ini, amarah yang sudah sampai di
puncak aku biarkan menguasai hatiku, entah kenapa tubuhku terasa ringan dan aku
menyerang Chimera tersebut sekuat tenaga, dengan cepat monster itu terbelah
menjadi dua dan darahnya berhambuaran keluar seperti hujan, setelah mengalahakn
Chimera aku mulai tak sadarkan diri.
Samar-samar aku rasakan kedinginan menyelimuti tubuhku,
dan mulai terasa beberapa tetes air mengenai wajahku, aku mulai mencoba membuka
mataku perlahan,kepalaku terasa sangat sakit dan aku duduk untuk memulihkan
tubuhku, serasa cukup aku mencoba berdiri dan melihat situasi sekitar, dan
mulai menyimpulkan, saat aku pingsan aku berada di tengah lapangan istana
kerajaan yang hancur, dan mengigat kembali apa yang sudah terjadi, aku langsung
bangkit dan berlari menuju rumah,”Raven !, Ferdant !” teriaku dalam hati, “apa
kalian masih hidup” lanjutuk, tak sempat aku berlari, aku melihat kota kerajaan
hancur, kota ini tampak terlihat seperti di sayat-sayat oleh kekuatan seorang
malaikat, banyak para monster yang mati saat aku berlari pergi ke rumah,
bahakan naga angin yang mati dengan tubuh terbelah dua,
Setibanya di rumah, aku melihat mayat Chimera yang ter
belah duan dengan mulut tengah mengigit sebuah tangan yang mengenakan cicin
merah tua belambang pedang, aku jatuh terduduk, kaki lemas dan tak mampu
bangkit, aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat, “mereka sudah mati, Raven
!, Ferdant !, kenapa kalian meninggalkan ku, seandainya aku bisa lebih cepat
pulang kerumah, setidaknya aku akan membantu kalian pergi dari kota ini”
gumamku dan di ikuti jeritan dan teriakan ku karena tak kuat menahan rasa sakit
dalam hati ini.
Untuk beberapa waktu aku terdiam menatap mayat chimera
itu, dan berfikir untuk membalaskan dendam mereka berdua, sudah tak ada tempat
bagiku untuk pulang dan aku berakhir dengan kesendirian. “jadilah seorang
petualang ” Suara Raven terlintas dalam benaku, benar, aku harus menjadi
seorang petualang demi memenuhi permintaan terakhir Raven dan Ferdant, meski
rasa sakit dan amarah ini tengah begejolak, aku harus berfikir untuk melangkah
maju, itulah yang sering Ferdant ajarkan kepada ku saat dia melatihku.
Aku hapus air mataku dan pergi menuju gudang bawah
tanah, di sana aku mengambil beberapa senjata dan perbekalan untuk
keberangkatan ku, setelah persiapan sudah selesai, aku berjalan menuju mayat
Chimera dan mengambil beberapa bagian tubuhnya yang bisa di jadikan komponen
senjata dan Armor, setelah selesai aku melanjutkan perjalananku menuju gerbang
barat, di sana ada jalan menuju kerajaan tetangga, namun langkah ku terhenti
saat melihat bangkai naga angin yang tergeletak diatas reruntuhan rumah, dalam
benak ku berkata bahwa siapa saja yang mengalahkanya pasti bukan lah orang
sembarangn, atau penduduk dan prajurit kerajaan berjuang keras untuk
mengalahkan naga ini, saat aku dekati ada sebuah parit yang terbuat dari sebuah
serangan yang sangat kuat di antara tubuh naga tersebut.
Aku sedikit bingung tapi, aku tak ingin memikirkannya
lebih jauh, karena ini bukanlah situasi yang pas untuk mencari tahu, aku
merangkak masuk ke dalam tubuh naga ini dan mencari jantung sang naga yang
konon bisa memperkuat kekuatan fisik dan sihir, jika seseorang memakan jantung
naga, meskipun dia terlahir tanpa bakat sihir, dia akan mendapatkan kekuaran
sihir yang sangat kuat, bahakan kebanyakan pahlawan adalah mereka yang memakan
jantung naga ini.
Namun di katakan jika, seseorang memakan jantung naga
ini, mereka yang tidak di terima oleh jantung sang naga tidak akan pernah bisa
hidup lebih dari setahun, itulah sebanya tak banyak orang mau memakan jantung
naga, terlebih lagi level buru naga di sebuah Guild berada di kelas bintang
enam yang hanya bisa di ambil oleh mereka yang sudah mempunyai pangkat
beranking S.
Saat aku keluar dari naga itu aku langsung memakan dan
menghabisakannya, karena tak ada efek yang terjadi aku mengambil beberapa
bagian tubuh naga seperti cakar, kulit, dan mara yang nantiya akan di buat
menjadi sebuah armor dengan pertahanan tinggi.
No comments:
Post a Comment