Tuesday, July 10, 2018
List Novel
Tale Of Nusantara : Magic Knigt By Dzul Fadilah
Chapter 1 - Bencana
Chapter 2 - Negeri Para Monster
Tale Of Nusantara : Magic Knight Chapter 2
Chapter 2 – Negeri para monster
Aku berjalan gontai mengikuti jalan setapak di tengah hutan yang lebat, dikala matahari tepat di atas kepala, rasa lapar dan haus yang menyerang organ dalam ku, satu minggu sudah aku berjalan melewati hutan, gunung, dan lembah, berkali-kali juga aku harus bertarung dengan monster yang kuat, tapi aku tetap bertahan dengan sedikit tenaga yang ku punya kali ini, kepala ku pusing dan pandangan mataku mulai memudar. “ah ini akhirnya, aku akan mati disini” ucapku dalam hati, tapi terdengar suara beberapa orang yang samar-samar tengah mendekati ku, aku sudah tidak peduli jika aku mati di sini.
Perlahan aku mulai tersadar karena suara bising orang berdebat dan tawa dari kejauhan, aku mencoba membuka mataku perlahan, sedikit demi sedikit aku bisa melihat cahaya lampu api di sebuah meja yang tepat berada di sampingku, tubuhku terasa lemas, kaku, dan sakit, hampir saja aku jatuh dari atas kasur karena lemas.
“lihatlah dia sudah bangun” terdengar suara perempuan yang tidak aku kenali
“ayo kita periksa dia, Jean coba kau pakai sihir penyembuh, sepertinya belum pulih total” seorang pria berjanggut dan berbadan besar menyuruh seorang gadis kecil yang bernama Jean tadi. “Mark cepat ambilkan air minum dan Sean siapkan makanan” lanjutnya.
“ah, dimana aku ?” tanyaku sebari memegang kepala karena rasa pusing yang hebat.
“sekarang kau sedang berada di gubuk kami, beberapa hari yang lalu aku menemukan mu tergeletak di hutan dengan banyak luka memar di sekujur tubuh mu, aku kira kau akan mati di hajar monster brengsek itu” jawab pria berjenggot dan menjelaskan situasi sebelumnya.
“beberapa hari ? bisakah kau memberitahu ku berapa lama tepatnya ?” aku mulai penasaran.
“kau pingsan selama seminggu, untung saja aku langsung memberimu sihir penyembuh, kalau tidak kau sudah mati sekarang, berterima kasihlah kepadaku” jelas Jean yang sedang memulihkan Mana-ku yang terkuras habis.
“namaku Zed job Class Warrior dari desa Reulez, siapa nama mu ?” pria tua itu memperkenalkan diri.
“aku Kenta Rama dari kerajaan Seriuzay” jawabku dengan singkat
“Se-Seriuzay katamu ?! kerajaan yang Sudah rata dengan tanah beberapa hari yang lalu karena Ekspansi para monster keparat itu ?!” Zed kaget mendengar penjelasan ku, tapi aku hanya mengangguk untuk menjawabnya. “aku dengar di negeri itu di ada yang selamat satupun, saat Negara tetangga datang untuk memeriksa kekerajaan itu, mereka hanya menemukan sebuah lubang seperti parit yang panjang dan seekor naga hijau dengan jantung dan beberapa bagian kulit yang hilang, banyak kabar yang tersebar beberapa petualang mengambilnya untuk di jadikan bahan senjata” jelas zed dengan informasi dari luar.
“sudah lah paman, aku sedang tak ingin membahas hal itu, aku ingin istirahat” aku sudah tak ingin mendengar apa pun tentang kejadian itu, saat aku mendengarnya aku terbayang wajah Ferdant yang sudah mati di makan Chimera dan Raven yang hilang entah kemana. Zed dan yang lainnya pergi dari kamar begitu saja saat aku membalikan tubuhku dan menutupinya dengan selimut, tempatku untuk pulang sudah tidak ada, lalu sekarang apa yang harus kulakukan, tanpa Raven, hatiku terasa sakit sekali.
Matahari mulai muncul di daun jendela dan menyoroti wajah ku dengan sinar hangatnya, seperti membangunkan ku dengan belaian manja, aku beranjak dari tempat tidur ku dan mulai keluar kamar, di tengah ruangan tampak beberapa kegiatan dari kelompok Zed, seperti Jean kecil yang masih tidur dengan posisi duduk dan wajah menempel di meja seraya memeluk boneka beruan berwana putih, Zed sedang membaca sesuatu di meja lain dengan sebuah kertas yang besar meskipun satu halaman, Mark dan Sean yang sedang membuatkan sarapan di dapur.
“kau sudah bangun rupanya Kenta, apa kau sudah sehat ? ”Tanya zed dengan ramah, “kami sedang membuat sarapan untuk pagi ini, bergabunglah di meja makan” aku pun langsung melangkahkan kaki menuju meja makan yang sudah tersedia di sana, menu sarapan dari daging monster yang mereka buru kemarin, semuanya jelas terlihat karena tidak ada sayuran atau sup yang terpampang di sana, hanya daging bakar yang tersusun seperti gunung, sungguh kelompok yang aneh.
“”lalu apa rencana mu sekarang Kenta ?, apa kau mau ikut dengan kami memburu para monster sebagai seorang petualang ?” Tanya Zed membuka pembicaraan saat kami tengah sarapan.
“entah lah aku tidak tahu, aku belum mempunyai tujuan untuk saat ini” jawab ku se singkatnya.
“mengerikan, wajah suram dan tatapan seperti zombie itu sangat menyedihkan” maki Jean yang melihat ekspresiku.
“hentikan Jean saat ini kita sedang makan, jangan memperburuk keadaan” unjar Sean wanita yang selalu membawa tongkat panjang seperti Mage.
“oh, iya aku mendengar suatu rumor di kerajaan Realgia, mereka tengah membangun sebuah tentara untuk penyergapan ke lembah Viore, saat ini sudah terkumpul seribu orang terdiri dari tentara kerajaan, warga sipil, dan para petualangan” unjar Mark yang duduk di dekat Sean, dia adalah seoarang Assasint berlevel tinggi, itu sangat terlihat dari kalung emas yang tergantung di lehernya.
“aku dengar mereka ingin menghancurkan monster yang bersarang di sana, di tambah lagi ada beberapa ekor Chimera ada di sana, tidak heran jika ada mayat Chimera di kerajaan Seriuzay saat ekpansi para monster itu” Zed memperjelas informasi dari Mark, “aku mendengarnya beberapa hari lalu, salah satu penjaga gerbang Realgia melihat sekumpulan goblin yang sedang mengawasi kerajaan itu, bukan hanya di kerajaan Realgia saja, di beberapa kerajaan pun banyak melihat goblin yang mengintai dari kejauhan” lanjut Zed
“ini aneh sekali, yang aku tahu para monster akan langsung menyerang jika mereka melihat manusia, terutama para goblin, dan yang lebih anehnya para monster saat ini bersarang di suatu tempat dengan jenis yang berbeda, aku rasa ada yang mencurigakan” ucapku tanpa sadar dan mengalihkan perhatian mereka.
“benar juga ini sangat aneh, jika di pikir kembali, aku belum pernah melihat para monster yang berbeda saling berkumpul di suatu tempat, justru mereka akan saling bertarung satu sama lain jika salah satu di antara mereka memasuki wilayah kekuasaan monster lain” jelas Mark yang ikut berfikir.
“tu-tungu, aku tidak paham apa maksudmu Mark” Jean merasa kebingungan dengan dengan penjelasan Mark
“maksudnya, jika goblin dan Orc bertemu, mereka pasti akan bertarung satu sama lain, apa lagi jika seekor Orc memasuki wilayah kekuasaan para Goblin, tapi semuanya terasa aneh jika mereka berkumpul di satu tempat” jelas Sean
“sudahlah kita habiskan makanan kita dahulu, setelah itu kita lanjutkan pembicaraannya lagi, aku sama sekali tidak mengerti apa yang kalian bicarakan” rengek Jean dan memakan daging dengan cepat.
Setelah selesai sarapan, Zed dan kelompoknya akan berangkat untuk memburu monster di walayah ini, aku memutuskan untuk ikut berburu dengan mereka meskipun zed melarang ku untuk ikut tapi aku bersikeras ikut berburu, aku mengambil semua persenjataan ku yang terdiri dari pedang, belati dan sebuah buku. Kali ini kami berangkat menuju arah selatan gubuk, karena tempat itu adalah wilayah yang sukar di untuk di taklukan, bukan karena banyak nya monster yang bersarang di sana, tapi tingkat kecerdasan mereka yang sangat sulit untuk di taklukan, apa lagi para Orc di sana bisa menggunakan beberapa seni bela diri yang di pakai oleh manusia.
Suatu hari Zed dan kelompoknya mencoba pemburuan ke wilayah itu dengan beranggotakan sepuluh orang, namun setelah pemburuan hanya mereka yang saat ini hidup yang berhasil selamat dan sisa nya mati di sana, saat mendengar pernyataan dari Zed kematian anggotanya yang lain sangatlah teragis dan kebanyakan dari mereka mati tergilas batu besar yang di persiapkan oleh para Orc untuk perangkap, Zed pun merasa aneh dengan tempat itu namun, salah satu anggotanya bersikeras ingin melanjutkan perburuan dan hasilnya beberapa anggota mati karena penyergapan Orc yang sukar di baca.
Perjalan kearah selatan menempu waktu hampir tiga jam dan aku sedikit kelelahan karena stamina ku yang belum pulih total, tapi aku tak ingin menjadi beban di kelompok ini, dengan menyalurkan sedikit mana alam ke dalam tubuh ku aku bisa memulihkan stamina ku dalam waktu lima menit. Selama perjalanan aku beberapa kali melihat Sean memperhatikan ku entah kenapa dia memiliki sedikit rasa curiga terhadapku dan sesekali dia pun berjalan berdampingan dengan Zed dan pada sore harinya kami sampai sebuah gua yang terletak di kaki gunung, gua tersebut memiliki lebar hampir lima meter dan kedalaman gua yang belum dipastikan, namun dari mulut goa tersebut aku mencium bau daging yang di bakar.
“semuanya bersembunyi !” teriak ku secara sepontan dan yang lain pun melompat ke berbagai macam arah, aku membuka buku dan merapal sebuah mantra, Frekusi Note adalah mantra untuk berkomunikasi jarak jauh, saat aku membuat nya semua orang terkejut dengan suara yang ada di kepala mereka, “semunya ini aku Kenta, aku menggunakan sihir telepati dan memasangnya kepada kalian, aku melihat beberapa Orc sedang membuat jebakan untuk kita, mereka memasak daging untuk membuat kita masuk kedalam gua itu” jelasku dengan telepati
“tapi, bisa saja mereka hanya sedang makan malam ?” Tanya Jean.
“tidak, di depan gua ada sebuah tali membentang dan beberapa tanah yang baru di gali dan di tutupi oleh dedaunan, meraka bukan lah Orc biasa, itu Hob Orc dari tanah merah Svielkea” aku memberikan beberapa informasi yang aku tahu kepada meraka.
“baiklah, Mark dan Sean tangani jebakan itu, aku dan Jean akan menyerang” Zed memberikan perintah kepada mereka tapi formasi yang sangat gila dimana seorang Priest ikut dalam barisan depan. Sean mengeluarkan tongkat yang berubah menjadi sebuah busur dan menggunakan matam malam untuk mempertajamnya, “aku melihatnya” Seru Sean
“baiklah waktunya giliran ku, Szwevell” mark bergerak dan menghilang, sebuah anak panah melesat mengenai tali perangkap tersebut dan sebuah batang pohon besar mengayun keluar dari samping gua saat tali itu terputus dan jatuh secara tiba-tiba, aku berlari menuju Zed yang menunggu di samping mulut gua dan mengikutinya masuk menyerbu kea rah para Orc yang kaget, sebuah kampak besar melayang kearah Zed namun dia tak berusaha menghindarinya, seolah Zed mempunyai tameng tak terlihat, kampak tersebut terpantal sebelum ngenai Zed, Jean merapal sebuah mantra pendukung dan muncul sebuah segel di kaki Zed dan segel yang lain melayang di dinding gua, serang Zed pertama berhasil mengenai wajah Orc yang memakai tameng, tapi Orc yang menggunakan sebuah tokat menyerang Zed secara spontan, dan lagi Tongkat itu terhenti sebelum mengenai Zed, dia merunduk dan mncoba menghujam ulu hati Orc itu, tapi Orc bertameng menghalau seranganya dan menjadi sebuah serangan balik dari Orc yang mampunyai tongkat, sedangkan Orc yang satu lagi mengilang, aku mencoba melihat area sekitar dan mengamatinya, setelah bertarung beberapa menit kami berhasil mengatasi dua Orc dan membunuhnya.
“kerja bagus kalian, tapi jangan terlalu senang kita sedang berada di wilayah musuh yang berbaaya” ucap Zed dengan wajah penuh darah dari para Orc yang mati.
“sebaiknya kita segera pergi dari tempat ini, aku punya Firasat yang sangat tidak enak” jawab ku seperti waspada, saat pandangan ku berpaling Wajah Zed terlihat sedikit serius menatap ku.
“ayo semuanya kita bergerak” Ucap Zed seraya pergi ke salah satu jalan di dalam gua.
Saat perjalanan kedalam gua aku hanya termanung dan memantau situasi di sekeliling kami, entah kenapa terasa begitu sunyi dan sangat aneh.
“kau tau Zed, ku pikir Kenta sedikit aneh” unjar Mark
“ya aku tahu, dia sangat mengerti soal monster dan jebakan, ini sangat aneh” Jelas Zed.
Zed dikejutkan dengan gerak gerikku yang tiba-tiba saja berlari ke depan, dia mengikutiku tanpa bertanya dan saat kami berhenti, sungguh kami tak ingin percaya dengan apa yang kami lihat kali ini, sebuah ruangan yang sangat luas seperti sebuah desa besar yang berada di depan kami, di sana pun terlihat banyak sekali monster yang berkumpul di sana, pasukan ekspansi monster yang sudah mendapatkan wilayah mereka sendiri, Zed langsung menarik ku keluar dari dalam gua dan berlari menuju kota yang tidak jauh dari lokasi tersebut, di sana terdapat sebuah guild yang berisi lima puluh orang termasuk kelompok Zed, beberapa tahun lalu di guild ini terdapat hampir lima ratus anggota guild, namun setelah bencana datang, banyak anggota guild yang mati dan berpindah tempat keguild lain.
“Dengarkan kalian ini gawat !” teriak Zed saat memasuki guild tersebut. “sebentar lagi kota ini akan di serang oleh pasukan monster dari gunung di arah barat” semua anggota disana terdiam dan memahami situasi, lalu mereka tertawa.
“hei Zed apa lagi sekarang ? jangan menakuti kami” jawab salah satu anggota guild
“tidak cukup kah kau dengan kejadian kemarin, kau hanyalah pembohong besar, ini kedua kalinya kau berkata seperti itu, jika kau ingin di akui jadilah kuat” ejek semua orang dan menertawakan Zed.
“kali ini aku serius, mereka telah mempersiapkan diri untuk menyerang kita harus mengosongkan kota ini” unjar Zed
“jangan bercanda kau keparat ! apa maksudnya meninggalkan kota ini, lalu harus kemana lagi kita pergi, dulu kau mengatakan hal yang sama tapi mana buktinya, kau hanya ingin di akui oleh semua orang, kau itu hanya anak manja dari bangsawan yang terbuang !” cela mereka yang sudah muak dengan ucapan Zed.
“bangsat kau Cebol !, harusnya kau berterima kasih kepada kami telah memperingatkan mu sebelum mati” Jean ikut bicara
“hah?! Kau piker kau siapa anak haram ! kau tidak pantas berbicara di sini kau itu hanyak anak buangan yang sombong”. Aku segera menarik mereka keluar dari guild karena ku piker berdebat hanya membuang-buang waktu saja.
“lebih baik kita bersiap untuk penyerangan yang akan datang, percuma saja jika mereka berfikiran seperti itu” aku mencoba membuka percakapan. “lebih baik kali ini kita membuat jebakan terlebih dahulu, aku akan menjelaskan rencananya” lanjutku memulai penjelasan tentang rencanaku.
Dalam bebrapa hari kami membuat parit sekitar seratus meter dengan kedalaman hampir dua meter, di dalam sana kami menumpahkan minyak dan memberikan pasak yang kami tancapakan dan unjung lancip menghadap kelangit, setiap jarak lima meter kami menggantungkan sebuah bahan alchemist (kimia) yang bisa membuat ledakan di dalam botol yang apabila seekor monster menginjak jebakan itu dia akan mati karena terjebak dalam kobaran api, kami membuat jebakan dengan bantuan beberapa golem tanah yang aku buat dengan sebuah mantra dan bahan-bahan Alcemist, lalu membuat jebakan panah beracun sepanjang parit untuk menghabisi monster yang berhasil lolos dari jebakan, tapi panah itu akan mengarah keatas langit, itu juga berfungsi untuk menghabisi monster yang bisa terbang, jika itu lolos, anak panah akan kembali ke bawah dan menghabisi monster yang ada di darat.
Seminggu berlalu dan prediksiku benar tentang ini, dari kejauhan aku meliat cahaya api yang berbaris sangat panjang dan membentuk persegi, aku piker, semua pasukan monster itu setara dengan 30 batalion tentara kerajaan, kami mengawasi dari balik panah jebakan untuk mengontrol rencana kami agar berjalan lancar, dan berhasil menghabisi setengah dari pasukan monster, dengan kegaduhan yang terjadi beberapa penduduk dan para petualang datang untuk melihat apa yang sedang terjadi, kami berlima tengah bersiap menghadapi kondindisi terburuk, namun beberapa Mage dan Hunter datang membantu barisan belakang, beberapa Warrior dan job class garis depan menghadang di depan kami, dengan sangat bersemangat kami pun tak bisa diam diri dan memasuki barisan sesuai dengan Job kami masing-masing, aku berlari ke depan bersama Zed yang mencoba menahan beberapa monster yang berhasil menembus garis pertahanan, aku berlari dan membunuh monster-monster yang tertahan bersama para Assasint. Tiga jam berlalu pertempuran sudah sampai pada batasnya, para monster sudah hampir musnah dan di pihak kami, beberapa orang meninggal dan sisanya banyak yang terluka, dari kejauhan aku melihat sebuah benda tengah terbang dan kegaris depan dan turun secara perlahan, dia atasnya ada sebuah singasana besar yang di duduki oleh seorang Jendral iblis berwujud manusia namun memiliki bola mata merah dan tanduk yang sangat tajam dan besar, dia mengangkat tangannya sedada seraya menunjuk ku, di ujung telunjuknya terdapat sebuah bola cahaya berwarna ungu yang seolah-olah itu akan menjadi sebuah serangan yang sangat dasyat, karena hawa membunuh dan tekanan yang membuat jantung ku berdebar hebat dan membuat ku takut.
Sebuah lingkaran Rune (ritual) mengelilingi tubuh ku, posisi yang ku dapat adalah, aku tepat di tengah-tenga lingkaran yang mempunyai garis api berwarna biru, tanpa membutuhkun waktu lama aku terasa tersedot kesebuah lubang angin berbentuk lubang hitam dari fenomena di angkasa yang di ceritakan dalam buku kuno, sensasi yang sangat sulit sekali aku jelaskan dengan kata-kata, rasatakut yang menjalur keseluruh tubuhku, rasa putus asa, dan aku terlempar kedalam lubang itu. Aku sempat tak sadarkan diri dan bingung, ruangan serba putih dan hanya da sebuah titik hitam yang berlawanan dan terombang abing di ruang dimensi, “ah aku sudah mati” pikir ku yang terdiam, namun entah kenapa aku merasa tersedot kembali ke sisi lain dan masuk kedalam ruanga serba hitam, semakin lama semakin cepat dan tiba-tiba aku jatuh di sebuah hutan yang tak ku ketahui tempatnya.
“siapa kau ?” seseorang muncul dibalik semak-semak dengan hawa membunuh yang sangat mengerikan.
“harusnya aku bertanya seperti itu, sebutkan namamu terlebih dahulu” jawabku dengan waspada.
“apa kau dari kerajaan majapahit ?” tanyanya lagi, dengan menodongkan panah ke arahku.
“hah ? majapahit ? apa yang kau bicarakan ?!” aku benar-benarbingung dengan apa yang di katakannya.
“pakaian mu terlihat aneh, dari mana kau datang ?” dia hanya melemparkan pertanyaan kepadaku tanpa menjawab pertanyaanku.
“aku Kenta Rama dari kerajaan Seriuzay” aku mencoba mengalah dan mencoba menggali informasi.
“di mana itu ? aku belum pernah mendengar kerajaan itu” dia bertanya dan untuk mengetahui lebih detailnya.
“sekarnag kau harus menjawab pertanyaan ku, di mana aku sekarang ?” aku mulai mencoba menggali informasi.
“sekarang kau sedang di Nusantara, sebuah wilayah yang mencangkup banyak kerajaan” jawabnya dan menurunkan panahnya.
“nusantara ? aku baru pertama kali dengar ” jawabku dengan banyak pertanyaan yang harus aku dapat.
Aku berjalan gontai mengikuti jalan setapak di tengah hutan yang lebat, dikala matahari tepat di atas kepala, rasa lapar dan haus yang menyerang organ dalam ku, satu minggu sudah aku berjalan melewati hutan, gunung, dan lembah, berkali-kali juga aku harus bertarung dengan monster yang kuat, tapi aku tetap bertahan dengan sedikit tenaga yang ku punya kali ini, kepala ku pusing dan pandangan mataku mulai memudar. “ah ini akhirnya, aku akan mati disini” ucapku dalam hati, tapi terdengar suara beberapa orang yang samar-samar tengah mendekati ku, aku sudah tidak peduli jika aku mati di sini.
Perlahan aku mulai tersadar karena suara bising orang berdebat dan tawa dari kejauhan, aku mencoba membuka mataku perlahan, sedikit demi sedikit aku bisa melihat cahaya lampu api di sebuah meja yang tepat berada di sampingku, tubuhku terasa lemas, kaku, dan sakit, hampir saja aku jatuh dari atas kasur karena lemas.
“lihatlah dia sudah bangun” terdengar suara perempuan yang tidak aku kenali
“ayo kita periksa dia, Jean coba kau pakai sihir penyembuh, sepertinya belum pulih total” seorang pria berjanggut dan berbadan besar menyuruh seorang gadis kecil yang bernama Jean tadi. “Mark cepat ambilkan air minum dan Sean siapkan makanan” lanjutnya.
“ah, dimana aku ?” tanyaku sebari memegang kepala karena rasa pusing yang hebat.
“sekarang kau sedang berada di gubuk kami, beberapa hari yang lalu aku menemukan mu tergeletak di hutan dengan banyak luka memar di sekujur tubuh mu, aku kira kau akan mati di hajar monster brengsek itu” jawab pria berjenggot dan menjelaskan situasi sebelumnya.
“beberapa hari ? bisakah kau memberitahu ku berapa lama tepatnya ?” aku mulai penasaran.
“kau pingsan selama seminggu, untung saja aku langsung memberimu sihir penyembuh, kalau tidak kau sudah mati sekarang, berterima kasihlah kepadaku” jelas Jean yang sedang memulihkan Mana-ku yang terkuras habis.
“namaku Zed job Class Warrior dari desa Reulez, siapa nama mu ?” pria tua itu memperkenalkan diri.
“aku Kenta Rama dari kerajaan Seriuzay” jawabku dengan singkat
“Se-Seriuzay katamu ?! kerajaan yang Sudah rata dengan tanah beberapa hari yang lalu karena Ekspansi para monster keparat itu ?!” Zed kaget mendengar penjelasan ku, tapi aku hanya mengangguk untuk menjawabnya. “aku dengar di negeri itu di ada yang selamat satupun, saat Negara tetangga datang untuk memeriksa kekerajaan itu, mereka hanya menemukan sebuah lubang seperti parit yang panjang dan seekor naga hijau dengan jantung dan beberapa bagian kulit yang hilang, banyak kabar yang tersebar beberapa petualang mengambilnya untuk di jadikan bahan senjata” jelas zed dengan informasi dari luar.
“sudah lah paman, aku sedang tak ingin membahas hal itu, aku ingin istirahat” aku sudah tak ingin mendengar apa pun tentang kejadian itu, saat aku mendengarnya aku terbayang wajah Ferdant yang sudah mati di makan Chimera dan Raven yang hilang entah kemana. Zed dan yang lainnya pergi dari kamar begitu saja saat aku membalikan tubuhku dan menutupinya dengan selimut, tempatku untuk pulang sudah tidak ada, lalu sekarang apa yang harus kulakukan, tanpa Raven, hatiku terasa sakit sekali.
Matahari mulai muncul di daun jendela dan menyoroti wajah ku dengan sinar hangatnya, seperti membangunkan ku dengan belaian manja, aku beranjak dari tempat tidur ku dan mulai keluar kamar, di tengah ruangan tampak beberapa kegiatan dari kelompok Zed, seperti Jean kecil yang masih tidur dengan posisi duduk dan wajah menempel di meja seraya memeluk boneka beruan berwana putih, Zed sedang membaca sesuatu di meja lain dengan sebuah kertas yang besar meskipun satu halaman, Mark dan Sean yang sedang membuatkan sarapan di dapur.
“kau sudah bangun rupanya Kenta, apa kau sudah sehat ? ”Tanya zed dengan ramah, “kami sedang membuat sarapan untuk pagi ini, bergabunglah di meja makan” aku pun langsung melangkahkan kaki menuju meja makan yang sudah tersedia di sana, menu sarapan dari daging monster yang mereka buru kemarin, semuanya jelas terlihat karena tidak ada sayuran atau sup yang terpampang di sana, hanya daging bakar yang tersusun seperti gunung, sungguh kelompok yang aneh.
“”lalu apa rencana mu sekarang Kenta ?, apa kau mau ikut dengan kami memburu para monster sebagai seorang petualang ?” Tanya Zed membuka pembicaraan saat kami tengah sarapan.
“entah lah aku tidak tahu, aku belum mempunyai tujuan untuk saat ini” jawab ku se singkatnya.
“mengerikan, wajah suram dan tatapan seperti zombie itu sangat menyedihkan” maki Jean yang melihat ekspresiku.
“hentikan Jean saat ini kita sedang makan, jangan memperburuk keadaan” unjar Sean wanita yang selalu membawa tongkat panjang seperti Mage.
“oh, iya aku mendengar suatu rumor di kerajaan Realgia, mereka tengah membangun sebuah tentara untuk penyergapan ke lembah Viore, saat ini sudah terkumpul seribu orang terdiri dari tentara kerajaan, warga sipil, dan para petualangan” unjar Mark yang duduk di dekat Sean, dia adalah seoarang Assasint berlevel tinggi, itu sangat terlihat dari kalung emas yang tergantung di lehernya.
“aku dengar mereka ingin menghancurkan monster yang bersarang di sana, di tambah lagi ada beberapa ekor Chimera ada di sana, tidak heran jika ada mayat Chimera di kerajaan Seriuzay saat ekpansi para monster itu” Zed memperjelas informasi dari Mark, “aku mendengarnya beberapa hari lalu, salah satu penjaga gerbang Realgia melihat sekumpulan goblin yang sedang mengawasi kerajaan itu, bukan hanya di kerajaan Realgia saja, di beberapa kerajaan pun banyak melihat goblin yang mengintai dari kejauhan” lanjut Zed
“ini aneh sekali, yang aku tahu para monster akan langsung menyerang jika mereka melihat manusia, terutama para goblin, dan yang lebih anehnya para monster saat ini bersarang di suatu tempat dengan jenis yang berbeda, aku rasa ada yang mencurigakan” ucapku tanpa sadar dan mengalihkan perhatian mereka.
“benar juga ini sangat aneh, jika di pikir kembali, aku belum pernah melihat para monster yang berbeda saling berkumpul di suatu tempat, justru mereka akan saling bertarung satu sama lain jika salah satu di antara mereka memasuki wilayah kekuasaan monster lain” jelas Mark yang ikut berfikir.
“tu-tungu, aku tidak paham apa maksudmu Mark” Jean merasa kebingungan dengan dengan penjelasan Mark
“maksudnya, jika goblin dan Orc bertemu, mereka pasti akan bertarung satu sama lain, apa lagi jika seekor Orc memasuki wilayah kekuasaan para Goblin, tapi semuanya terasa aneh jika mereka berkumpul di satu tempat” jelas Sean
“sudahlah kita habiskan makanan kita dahulu, setelah itu kita lanjutkan pembicaraannya lagi, aku sama sekali tidak mengerti apa yang kalian bicarakan” rengek Jean dan memakan daging dengan cepat.
Setelah selesai sarapan, Zed dan kelompoknya akan berangkat untuk memburu monster di walayah ini, aku memutuskan untuk ikut berburu dengan mereka meskipun zed melarang ku untuk ikut tapi aku bersikeras ikut berburu, aku mengambil semua persenjataan ku yang terdiri dari pedang, belati dan sebuah buku. Kali ini kami berangkat menuju arah selatan gubuk, karena tempat itu adalah wilayah yang sukar di untuk di taklukan, bukan karena banyak nya monster yang bersarang di sana, tapi tingkat kecerdasan mereka yang sangat sulit untuk di taklukan, apa lagi para Orc di sana bisa menggunakan beberapa seni bela diri yang di pakai oleh manusia.
Suatu hari Zed dan kelompoknya mencoba pemburuan ke wilayah itu dengan beranggotakan sepuluh orang, namun setelah pemburuan hanya mereka yang saat ini hidup yang berhasil selamat dan sisa nya mati di sana, saat mendengar pernyataan dari Zed kematian anggotanya yang lain sangatlah teragis dan kebanyakan dari mereka mati tergilas batu besar yang di persiapkan oleh para Orc untuk perangkap, Zed pun merasa aneh dengan tempat itu namun, salah satu anggotanya bersikeras ingin melanjutkan perburuan dan hasilnya beberapa anggota mati karena penyergapan Orc yang sukar di baca.
Perjalan kearah selatan menempu waktu hampir tiga jam dan aku sedikit kelelahan karena stamina ku yang belum pulih total, tapi aku tak ingin menjadi beban di kelompok ini, dengan menyalurkan sedikit mana alam ke dalam tubuh ku aku bisa memulihkan stamina ku dalam waktu lima menit. Selama perjalanan aku beberapa kali melihat Sean memperhatikan ku entah kenapa dia memiliki sedikit rasa curiga terhadapku dan sesekali dia pun berjalan berdampingan dengan Zed dan pada sore harinya kami sampai sebuah gua yang terletak di kaki gunung, gua tersebut memiliki lebar hampir lima meter dan kedalaman gua yang belum dipastikan, namun dari mulut goa tersebut aku mencium bau daging yang di bakar.
“semuanya bersembunyi !” teriak ku secara sepontan dan yang lain pun melompat ke berbagai macam arah, aku membuka buku dan merapal sebuah mantra, Frekusi Note adalah mantra untuk berkomunikasi jarak jauh, saat aku membuat nya semua orang terkejut dengan suara yang ada di kepala mereka, “semunya ini aku Kenta, aku menggunakan sihir telepati dan memasangnya kepada kalian, aku melihat beberapa Orc sedang membuat jebakan untuk kita, mereka memasak daging untuk membuat kita masuk kedalam gua itu” jelasku dengan telepati
“tapi, bisa saja mereka hanya sedang makan malam ?” Tanya Jean.
“tidak, di depan gua ada sebuah tali membentang dan beberapa tanah yang baru di gali dan di tutupi oleh dedaunan, meraka bukan lah Orc biasa, itu Hob Orc dari tanah merah Svielkea” aku memberikan beberapa informasi yang aku tahu kepada meraka.
“baiklah, Mark dan Sean tangani jebakan itu, aku dan Jean akan menyerang” Zed memberikan perintah kepada mereka tapi formasi yang sangat gila dimana seorang Priest ikut dalam barisan depan. Sean mengeluarkan tongkat yang berubah menjadi sebuah busur dan menggunakan matam malam untuk mempertajamnya, “aku melihatnya” Seru Sean
“baiklah waktunya giliran ku, Szwevell” mark bergerak dan menghilang, sebuah anak panah melesat mengenai tali perangkap tersebut dan sebuah batang pohon besar mengayun keluar dari samping gua saat tali itu terputus dan jatuh secara tiba-tiba, aku berlari menuju Zed yang menunggu di samping mulut gua dan mengikutinya masuk menyerbu kea rah para Orc yang kaget, sebuah kampak besar melayang kearah Zed namun dia tak berusaha menghindarinya, seolah Zed mempunyai tameng tak terlihat, kampak tersebut terpantal sebelum ngenai Zed, Jean merapal sebuah mantra pendukung dan muncul sebuah segel di kaki Zed dan segel yang lain melayang di dinding gua, serang Zed pertama berhasil mengenai wajah Orc yang memakai tameng, tapi Orc yang menggunakan sebuah tokat menyerang Zed secara spontan, dan lagi Tongkat itu terhenti sebelum mengenai Zed, dia merunduk dan mncoba menghujam ulu hati Orc itu, tapi Orc bertameng menghalau seranganya dan menjadi sebuah serangan balik dari Orc yang mampunyai tongkat, sedangkan Orc yang satu lagi mengilang, aku mencoba melihat area sekitar dan mengamatinya, setelah bertarung beberapa menit kami berhasil mengatasi dua Orc dan membunuhnya.
“kerja bagus kalian, tapi jangan terlalu senang kita sedang berada di wilayah musuh yang berbaaya” ucap Zed dengan wajah penuh darah dari para Orc yang mati.
“sebaiknya kita segera pergi dari tempat ini, aku punya Firasat yang sangat tidak enak” jawab ku seperti waspada, saat pandangan ku berpaling Wajah Zed terlihat sedikit serius menatap ku.
“ayo semuanya kita bergerak” Ucap Zed seraya pergi ke salah satu jalan di dalam gua.
Saat perjalanan kedalam gua aku hanya termanung dan memantau situasi di sekeliling kami, entah kenapa terasa begitu sunyi dan sangat aneh.
“kau tau Zed, ku pikir Kenta sedikit aneh” unjar Mark
“ya aku tahu, dia sangat mengerti soal monster dan jebakan, ini sangat aneh” Jelas Zed.
Zed dikejutkan dengan gerak gerikku yang tiba-tiba saja berlari ke depan, dia mengikutiku tanpa bertanya dan saat kami berhenti, sungguh kami tak ingin percaya dengan apa yang kami lihat kali ini, sebuah ruangan yang sangat luas seperti sebuah desa besar yang berada di depan kami, di sana pun terlihat banyak sekali monster yang berkumpul di sana, pasukan ekspansi monster yang sudah mendapatkan wilayah mereka sendiri, Zed langsung menarik ku keluar dari dalam gua dan berlari menuju kota yang tidak jauh dari lokasi tersebut, di sana terdapat sebuah guild yang berisi lima puluh orang termasuk kelompok Zed, beberapa tahun lalu di guild ini terdapat hampir lima ratus anggota guild, namun setelah bencana datang, banyak anggota guild yang mati dan berpindah tempat keguild lain.
“Dengarkan kalian ini gawat !” teriak Zed saat memasuki guild tersebut. “sebentar lagi kota ini akan di serang oleh pasukan monster dari gunung di arah barat” semua anggota disana terdiam dan memahami situasi, lalu mereka tertawa.
“hei Zed apa lagi sekarang ? jangan menakuti kami” jawab salah satu anggota guild
“tidak cukup kah kau dengan kejadian kemarin, kau hanyalah pembohong besar, ini kedua kalinya kau berkata seperti itu, jika kau ingin di akui jadilah kuat” ejek semua orang dan menertawakan Zed.
“kali ini aku serius, mereka telah mempersiapkan diri untuk menyerang kita harus mengosongkan kota ini” unjar Zed
“jangan bercanda kau keparat ! apa maksudnya meninggalkan kota ini, lalu harus kemana lagi kita pergi, dulu kau mengatakan hal yang sama tapi mana buktinya, kau hanya ingin di akui oleh semua orang, kau itu hanya anak manja dari bangsawan yang terbuang !” cela mereka yang sudah muak dengan ucapan Zed.
“bangsat kau Cebol !, harusnya kau berterima kasih kepada kami telah memperingatkan mu sebelum mati” Jean ikut bicara
“hah?! Kau piker kau siapa anak haram ! kau tidak pantas berbicara di sini kau itu hanyak anak buangan yang sombong”. Aku segera menarik mereka keluar dari guild karena ku piker berdebat hanya membuang-buang waktu saja.
“lebih baik kita bersiap untuk penyerangan yang akan datang, percuma saja jika mereka berfikiran seperti itu” aku mencoba membuka percakapan. “lebih baik kali ini kita membuat jebakan terlebih dahulu, aku akan menjelaskan rencananya” lanjutku memulai penjelasan tentang rencanaku.
Dalam bebrapa hari kami membuat parit sekitar seratus meter dengan kedalaman hampir dua meter, di dalam sana kami menumpahkan minyak dan memberikan pasak yang kami tancapakan dan unjung lancip menghadap kelangit, setiap jarak lima meter kami menggantungkan sebuah bahan alchemist (kimia) yang bisa membuat ledakan di dalam botol yang apabila seekor monster menginjak jebakan itu dia akan mati karena terjebak dalam kobaran api, kami membuat jebakan dengan bantuan beberapa golem tanah yang aku buat dengan sebuah mantra dan bahan-bahan Alcemist, lalu membuat jebakan panah beracun sepanjang parit untuk menghabisi monster yang berhasil lolos dari jebakan, tapi panah itu akan mengarah keatas langit, itu juga berfungsi untuk menghabisi monster yang bisa terbang, jika itu lolos, anak panah akan kembali ke bawah dan menghabisi monster yang ada di darat.
Seminggu berlalu dan prediksiku benar tentang ini, dari kejauhan aku meliat cahaya api yang berbaris sangat panjang dan membentuk persegi, aku piker, semua pasukan monster itu setara dengan 30 batalion tentara kerajaan, kami mengawasi dari balik panah jebakan untuk mengontrol rencana kami agar berjalan lancar, dan berhasil menghabisi setengah dari pasukan monster, dengan kegaduhan yang terjadi beberapa penduduk dan para petualang datang untuk melihat apa yang sedang terjadi, kami berlima tengah bersiap menghadapi kondindisi terburuk, namun beberapa Mage dan Hunter datang membantu barisan belakang, beberapa Warrior dan job class garis depan menghadang di depan kami, dengan sangat bersemangat kami pun tak bisa diam diri dan memasuki barisan sesuai dengan Job kami masing-masing, aku berlari ke depan bersama Zed yang mencoba menahan beberapa monster yang berhasil menembus garis pertahanan, aku berlari dan membunuh monster-monster yang tertahan bersama para Assasint. Tiga jam berlalu pertempuran sudah sampai pada batasnya, para monster sudah hampir musnah dan di pihak kami, beberapa orang meninggal dan sisanya banyak yang terluka, dari kejauhan aku melihat sebuah benda tengah terbang dan kegaris depan dan turun secara perlahan, dia atasnya ada sebuah singasana besar yang di duduki oleh seorang Jendral iblis berwujud manusia namun memiliki bola mata merah dan tanduk yang sangat tajam dan besar, dia mengangkat tangannya sedada seraya menunjuk ku, di ujung telunjuknya terdapat sebuah bola cahaya berwarna ungu yang seolah-olah itu akan menjadi sebuah serangan yang sangat dasyat, karena hawa membunuh dan tekanan yang membuat jantung ku berdebar hebat dan membuat ku takut.
Sebuah lingkaran Rune (ritual) mengelilingi tubuh ku, posisi yang ku dapat adalah, aku tepat di tengah-tenga lingkaran yang mempunyai garis api berwarna biru, tanpa membutuhkun waktu lama aku terasa tersedot kesebuah lubang angin berbentuk lubang hitam dari fenomena di angkasa yang di ceritakan dalam buku kuno, sensasi yang sangat sulit sekali aku jelaskan dengan kata-kata, rasatakut yang menjalur keseluruh tubuhku, rasa putus asa, dan aku terlempar kedalam lubang itu. Aku sempat tak sadarkan diri dan bingung, ruangan serba putih dan hanya da sebuah titik hitam yang berlawanan dan terombang abing di ruang dimensi, “ah aku sudah mati” pikir ku yang terdiam, namun entah kenapa aku merasa tersedot kembali ke sisi lain dan masuk kedalam ruanga serba hitam, semakin lama semakin cepat dan tiba-tiba aku jatuh di sebuah hutan yang tak ku ketahui tempatnya.
“siapa kau ?” seseorang muncul dibalik semak-semak dengan hawa membunuh yang sangat mengerikan.
“harusnya aku bertanya seperti itu, sebutkan namamu terlebih dahulu” jawabku dengan waspada.
“apa kau dari kerajaan majapahit ?” tanyanya lagi, dengan menodongkan panah ke arahku.
“hah ? majapahit ? apa yang kau bicarakan ?!” aku benar-benarbingung dengan apa yang di katakannya.
“pakaian mu terlihat aneh, dari mana kau datang ?” dia hanya melemparkan pertanyaan kepadaku tanpa menjawab pertanyaanku.
“aku Kenta Rama dari kerajaan Seriuzay” aku mencoba mengalah dan mencoba menggali informasi.
“di mana itu ? aku belum pernah mendengar kerajaan itu” dia bertanya dan untuk mengetahui lebih detailnya.
“sekarnag kau harus menjawab pertanyaan ku, di mana aku sekarang ?” aku mulai mencoba menggali informasi.
“sekarang kau sedang di Nusantara, sebuah wilayah yang mencangkup banyak kerajaan” jawabnya dan menurunkan panahnya.
“nusantara ? aku baru pertama kali dengar ” jawabku dengan banyak pertanyaan yang harus aku dapat.
Wednesday, June 27, 2018
Tale Of Nusantara : Magic Knight Chapter 1
Chapter 1 - Bencana
Dengan cepat aku berlari menyusuri kerumunan orang di
tengah kota, dengan membawa sebuah apel merah yang masih segar dengan sebuah
teriakan dari orang yang mengejar ku, dia adalah pemilik toko buah yang sudah
sering kali aku curi barang dagangannya. Aku hanya lah seorang anak terlantar
dari desa terpencil di pinggir kerajaan, orang tuaku meninggal saat aku berumur
2 tahun dan aku di ambil oleh seorang pedagang keliling dan mereka menjual ku
sebagai budak untuk para bangsawan. Meski kehidupan ku ironis tapi aku bertekad
untuk menjalani hidup dengan cara ku sendiri.
“hei bocah berhenti, atau akan ku bunuh kau !” teriak
pemilik toko buah, aku menghiraukannya dan masuk ke dalam gang sempit dan
gelap, lalu bersembunyi di antara tumpukan sampah, dengan rasa senang dan puas,
aku melahap apel itu dengan lahap tanpa menyisakannya sedikit pun dan aku
kembali keluar gang tersebut.
“hai bocah mau lari kemana kau sekarang ?” dengan muka
licik dan senyum iblis, pemilik toko itu menangkapku dan menghajar ku tanpa
belas kasihan, dalam beberapa menit bebepara bagian tubuhku mengeluarkan darah
segar seperti di mulut, hidung dan kepalaku, wajahku penuh luka memar dan
beberapa tulang ku patah, jika saja seorang pria tua tidak menghentikannya
mungkin aku sudah mati di tangan pemilik toko buah itu.
“hentikan !” teriak pria tua itu dan menghentikan sang
pemilik toko
“diam lah ! akan ku beri pelajaran anak ini !” dengan
amarah yang sudah tak terkendali dia mencoba memukulku lagi, tapi pria tua itu
menceganya, tangan pemilik tiki itu iya peganang dengan erat dari belakang.
“apa kau ingin membunuhnya ?” tanya pria tua itu dengan
wajah dan aura membunuh yang sangat mengerikan. Setelah itu aku tak sadarkan
diri
Saat sadar aku tengah berbaring di sebuah tempat tidur
yang sangat nyaman, dengan menggunakan sebuah kapas yang terbuat dari bulu
domba di lapisi dengan kain yang halus, sebuah selimut tengah mendekapku
hangat, namun aku segera bangkit karena aku menyadari kalau aku sedang mendapatkan
masalah.
“tulang rusuk dan tangan kanan yang patah, beberapa luka
dalam yang lumayan parah, belum lagi luka luar yang terlihat sangat
menyakitkan, bagai mana bisa kau bisa sembuh hanya waktu 3 hari ?” suara pria
tua terdengar dari arah pintu bersamaan dengan langkah kakinya, aku langsung
melncat dari tempat tidur itu dan bersiap melarikan diri jika dia akan
menyakiti ku.
“tenang lah, aku tidak akan menyakiti mu, aku hanya
ingin mengajukan beberapa pertanyaan kepadamu” tanyanya. “hei bocah siapa nama
mu, aku Ferdant Guilo” lanjutnya, tapi aku hanya diam tak menjawab nya.
“apa kau tak bisa bicara ?” tanyanya lagi, tapi aku
hanya bisa diam dan melihat situasi yang sedang ku hadapi.
“hufft, kau tak mau bicara, baiklah aku akan menaruh ini
di sini, jika kau mencariku, aku ada di lantai bawah” dia pergi selagi
meninggalkan beberapa mangku makanan yang dia bawa dalam sebuah wadah datar,
aromanya sangat harum dan terlihat makanan di atasnya terasa sangat enak,
setelah pria tua itu pergi, aku langsung berlari dan memakan semua makanan yang
ada di dalam mangkuk tersebut sampai habis tanpa tersisa.
Setelah menyelesaikan makanan ku, aku mencoba keluar
kamar dengan hati-hati untuk melihat ke adaan, dari atas aku meliaht orang tua
itu tengah membaca buku di depan perapian dengan semangkuk teh di sampingnya,
untuk beberapa saat aku mengamatinya sampai akhirnya dia menyadari keberadaan
ku.
“kemarilah, aku tidak akan menyakiti mu, jadi jangan
takut” ucapnya tanpa menoleh dan dalam posisi yang sama, aku berjalan pelan dan
mendekatinya, aku mencoba mencari tahu tentang orang tua ini. “haha, kau
seperti hewan liar yang sangat waspada, aku suka caramu yang seperti ini” aku
sedikit kebingungan dengan ucapannya, “kau !, siapa namamu bocah ? apakah kau
benar-benar tak bisa bicara ?” tanyanya dengan wajah tersenyum, tapi aku hanya
diam dan mengamati pergerakannya.
Suara langkah kecil dan debrakan sebuah pintu yang
keras, “ayah, lihatlah aku membuat bunga mahkota untuk mu” unjar gadis kecil
yang sangat ceria sembari memberikan mahkota buatan dari beberapa bunga.
“haha, terimaksih Raven, kau memang putriku yang manis”
pria tua itu terlihat sangat bahagia di wajahnya.
“siapa dia ayah ?” tanya reven kecil yang melihatku
hanya diam seperti patung.
“dia adalah pencuri kecil yang ku temukan hari ini saat
aku akan berbelanja” jawabnya santai
“hemph, lagi-lagi ayah membawa pulang orang lain
kerumah” cetus Raven kecil
“ayolah Raven, kau tidak seharusnya berkata seperti itu,
kita harus menolong orang yang sedang tertindas” pria itu tersenyum dan mengelus-elus
kepala Raven yang sedang cemburu.
Raven melihat dan mengamatiku dengan cermat, dan dia
mencoba mendekatiku, biasanya aku akan bereaksi kepada orang lain entah kenapa
dengan aku hanya bisa diam dan membiarkannya mengamati ku,wajah yang sombong,
mata yang merendahakan dan senyum hangat Raven setelah mengamatiku. “hei aku
Raven, siapa namamu ?” Raven mulai berbicara kepada ku, tapi aku hanya bisa
diam memperhatikannya, “ayah apakah dia tidak bisa bicara ?” tanya raven kepada
ayahnya.
“yah mungkin, akan sulit mengenali namaya, baiklah kalo
begitu kita beri nama saja Raven bagai mana ? ” pria tua itu memberikan sebuah
nama,
“maaf pak ada situasi genting sekarang, kami membutuhkan
anda untuk memimpin pasukan, ada sekelompok monster di dekat gerbang utara yang
mencoba masuk, dan para penjaga tidak mampu menahannya lebih lama lagi” seorang
kesatria dengan pakaian lengkap datang dan membawa pria tua itu bersamanya.
“Raven ayah akan pergi keluar sebentar, kau diam dirumah
dan jangan pergi keluar, mengert !” unjar pria tua itu dengan wajah serius.
“baiklah ayah, kau harus segera pulang” jawab Raven yang
terlihat sedikit dewasa.
Setelah pria tua itu pergi, Raven mengajak ku pergi ke
sebuah tempat persembunyian, di dalam ruang bawah tanah yang terlihat sedikit
luas, di sana juga tampak seperti gudang dengan persedian makanan dan minuman
selama beberapa bulan, pencahayaannya terletak pada celah dinding yang terbuat
dari kayu dan sengaja di buat untuk menyinari ruangan tersebut dan sebuah kotak
berukuran sedang yang di dalam nya terdapat banyak lilin dan pematik api,
ruangan ini sudah di rancang untuk tempat persembunyian yang sangat genting.
“kita akan tetap di sini sampai ayah ku pulang, kau
jangan pernah berfikir untuk keluar jika kau ingin hidup, sekarang para monster
itu pasti sudah memasuki kota” unjar raven dengan bersikap dewasa, namun itu
hanya tindakan yang dia buat untuk membuatnya terlihat dewasa, untuk
menanggapinya aku hanya mengagguk. Raven mulai bercerita panjang lebar tenang
dirinya, ibunya menunggal saat dia masih bayi, saat itu terjadi adalah tepat
dimana para monster mulai mengamuk dan memulai penyerangan besar di seluruh
dunia, ibunya mati ditangan seekor Chimeria dengan tubuh telah tercabik-cabik,
dia selamat karena ayahnya pergi ke istana kerajaan untuk mendapatkan bantua
dan di situlah dia selamat dan hidup sampai sekarang.
“aku Rama, Kenta Rama” untuk pertama kalinya dalam
hidupku aku berbicara dengan orang lain, itu terjadi setelah melihat kesediahan
di mata raven, aku tau apa yang dia rasakan, rasa kehilangan seseorang yang di
cintai.
Sepuluh tahun berlalu sejak aku di adopsi oleh pria tua
bernama Ferdant Guilo dari kesatuan tentara kerajaan dan menjadi seorang
komandan terkenal dalam peperangan, aku banyak di latih olehnya, cara bertarung
menggunakan tangan kosong, cara bertarung menggunakan semua senjata, berburu,
bahkan terkadang aku pergi mengalahkan monster yang berada di pinggir kerajaan.
Tidak hanya aku yang berlatih, Raven pun ikut berlatih, tapi dia hanya
mempelajari sihir dan berburu, sihirnya sangat mengaggumkan dengan mana yang
besar, dia menjadi ahli sihir berbakat dengan kemampuan penyembuhan di atas
rata-rata, terkadang kami pun hanya berpergian berdua saja saat Ferdant pergi
mengambil misi.
“hei Rama, apa yang akan kau lakukan sekarang ? apa kau
akan ikut pelatihan menjadi kesatria ?” suatu hari Raven bertanya kepadaku di
atas sebuah bukit yang indah.
“tidak, aku akan menjadi seorang petualang” jawabku
dengan santai
“kenapa kau ingin menjadi seorang petualang ?” tanya raven
penasaran, “akan sangat mudah bagi mu untuk masuk kemiliteran istana”lanjutnya
“aku hanya ingin ke bebasan, tapi aku tak bisa pergi
beitu saja dari kota ini, aku harus
membayar semua hutangku kepada Ferdant” jawabku sembari menyandar ke
sebuah pohon rindang.
“ah, kau membahas itu lagi, bukan kah ayah ku sudah
bilang untuk mengambil jalan mu sendiri jika kau ingin membalas budi ?” Raven
medesah kesal
“ya aku tau itu, tapi setidaknya aku akan melindungimu
untuk membalas semua kebaikan ayahmu, lagi pula ayah mu sudah sangat tua jadi
aku akan menggantikannya untukmu” jawabku yang membuat Raven tersipu malu.
“jika kau ingin membalas budi kepada ayahku, maka
jadilah seorang petualang sejati, sebenarnya aku ingin ikut bersama mu tapi aku
tak bisa meninggalkan ayah, di sudah sering sakit-sakitan, jika aku ikut
bersama mu siapa yang akan mengurusi ayah ” jawab Raven dengan nada lirih.
“itu mun menjadi alasan ku untuk tidak bisa pergi”
unjarku dengan senyuman
Hari sudah mulai gelap warna jingga dan hitam mulai meyelimuti
belahan bumi yang aku pijak dan di hiasi jutaan bintang di langit yang begitu
indah, ini akan menjadi malam yang cerah untuk beristirahat, kami mulai
berjalan menuruni bukit dan melewati beberapa anak suangi, dan menuju gerbang
kota, tampak 2 orang penjaga sedang asik mengobrol.
“apa kalian sedang kenacan Raven ?” goda seorang penjaga
yang melihat kedatangan kami berdua.
“berisiki kalian semua, aku tidak sedang berkencan !,
lagi pula siapa yang mau dengan pria ini” bantah Raven dengan wajah memerah dan
tersipu malu, tapi aku hanya diam dan mengacuhkan perkataan mereka.
“lihatlah wajah Raven memerah haha, dia sepertinya malu”
unjar penjaga yang lain.
Kami meninggalkan mereka yang sedang tertawa, Raven
berjalan agak cepat karena kesal dan segera pulang kerumah untuk menenangkan
isi hatinya, beberapa hari berselang ayah raven menderita sakit parah, beberapa
dokter dan pendeta di panggil untuk menyembuhkan luka Ferdant, sementara Raven
tengah menangis dan memegang erat tangan ayahnya.
“Sepertinya kita harus mencari obat langka untuk
menyembuhkannya, tapi bahan-bahan ini hanya bisa di dapatkan di kolam racun,
dan beberapa toko terdekat tidak menyediakan bahan tersebut dan di kerajaan pun
stok sudah habis, jadi kami hanya bisa menyaran kan kau mengambil bahan
tersebut secepat mungkin” unjar salah satu dokter kerkemuka.
“baiklah aku akan pergi” Raven berdiri dan mengambil
pisau dan busur
“tetaplah di sini, aku akan mencarinya dan segera
kembali, kau tetap disini mengurus Ferdant” cegahku sembari mengenakan jubah
berwarna hitam, aku keluar dan berlari sekuat tenaga, dengan kecepatan tinggi
aku berlari seperti terbang dengan melangkahi atap-atap rumah para penduduk dan
pergi menuju gerbang timur, di sana aku menemui penjaga yang sedang bertugas
dan menjelaskan apa yang sedang terjadi, lalu berlari kembali menuju Kolam
Racun diman terdapat bunga flombring yang sangat langka, tapi untuk sampai
kesana aku membutuhkan satu hari penuh jika para monster sedang aktif, tapi aku
harap para monster di sana sedang tidak aktif.
Dalam waktu setengah hari aku sampai di kolam racun dan
langsung mengenakan penutup mulut, situasi di tempat ini sangatlah aneh,
terlalu tenang untuk tempat yang berbahaya, tapi aku tak terlalu
menghiraukannya, sebab yang ku pikirkan adalah keselamatan Ferdant, aku lihat
setangkai bunga Flombring di antara himpitan batu di pinggir kolam, aku
mendekatinya dan mancoba mengambilnya, namun tanah yang ku pijaki mulai
bergetar hebat, dan ribuan cahaya muncul di antara kabut-kabut beracun, cayaha
kuning yang terlihat seperti mata kucing di malam hari, dengan cepat aku
menagmbil bunga tersebut dan mengeluarkan senjata berjenis Dagger dengan pola
ukiran naga.
Aku mencoba mengamati di sekelilingku, aku terkepung
oleh ratusan pasang mata yang wujudnya hanya hitam karena kabut yang
menhalangi, sebuah seranga datang dari atas, makhluk hijau jelek bertelinga
panjang dan berpostur pendek itu mencoba menyerang ku, dengan cepat aku
melompat ke arah kanan dan menghindarinya,namun sesosok makhluk yang sama
menyerang ku dari arah kanan, karena pergerakan yang terlihat lambat aku
berhasil menghindar sekaligus menyerang dengan menusuk bagian dada makhluk
tersebut dan makhluk itu pun menjerit kesakitan.
Saat aku sadari itu adalah goblin, makhluk yang
mempunyai pemikiran seperti manusia namun perkemabangannya sangat lambat, dan
memiliki kekejian yang tak pandang bulu. Dua Goblin datang dari arah kiri dan
meyerangku, dengan menggunakan pisau lemapar aku berhasil membuat keduanya
terjatuh saat pisau-pisau itu mendarat tepat di kening mereka, aku terkejut
dengan sesosok bayangan besar dan memegang batang pohon mencoba menyerangku,
aku melompat ke kiri lalu kebelakang untuk membuat jarak, tapi tak sampai kaku
ku mendarat tiga ekor goblin menyerangku dari belakang, dan aku kembali di kejutkan
dengan serang kejutan mereka, aku menangkis sebuah pedang yang di bawa goblin
pertama yang mendekat dan membiarkan kaki ku mendarat terlebih dahulu, kemudian
mengeluarkan sebuah pedang saat aku menghindari serang goblin kedua dan
melempar Dagger ke arah goblin ke tiga, setelah memastikan kaki ku mendarat
dengan sempurna, selanjutnya keki kiriku menendang goblin pertama dengan di
ikut sebuah putaran untuk menghin dari serangn goblin kedua, goblin pertama
terpental beberapa meter dan aku langsung menebas dengan pedang ke arah kepala
goblin kedua, darah berwarna hijau berhaburan di kepala Goblin tersebut dan
dapat di pastikan dia tewas seketika.
Lalu aku lari menuju goblin pertama dan mencoba
menyerangnya, namun Hob Goblin muncun menangkis serangan ku menggunakan Tameng
besi yang besar, dan di ikuti Goblin pertama yang meloncat ke arah ku, aku
langsung mundur beberapa meter ke belakang dan mencoba mencari cara untuk
menghabisinya, namun aku teringat dengan Ferdant dan Raven, tak ada waktu untuk
meladeni monster-monster ini, aku harus mencari cara untuk pergi dari sini.
Tapi para goblin ini tak membiarkan ku lewat, satu demi
satu para goblin ini muncul dan menyerangku berkali-kali, banyak sudah goblin
yang aku bunuh dan terkapar di tanah, namun setelah beberapa jam kemudian, para
goblin itu hilang di tengah kabut, dengan sedikit tenaga yang aku punya, aku
segera berlari menuju Gerbang istana, dengankecepatan penuh, hanya kurang dari
setenga hari aku sudah berada di pintu gerbang kota, namun langit malam waktu
itu sangat merah dan panas, api melahap setiap bangunan yang terbuat dari kayu,
darah yang para penjaga yang bercucuran di dinding benteng, banyak monster yang
berlalu lalang memakan dan membunuh setiap orang di dalam kota.
Hati ku tidak menentu, entah kenapa ini bisa terjadi,
aku segera berlari menuju rumah, saat aku tiba di depan rumah, yang kulihat
seekor Chimera tengah memakan bagian tubuh manusia, di sana yang aku lihat
adalah sebuah tangan dengan cincin merah tua berlambang pedang, itu adalah tangan
Ferdant, hati terasa hancur, melihat kejadian ini, amarah yang sudah sampai di
puncak aku biarkan menguasai hatiku, entah kenapa tubuhku terasa ringan dan aku
menyerang Chimera tersebut sekuat tenaga, dengan cepat monster itu terbelah
menjadi dua dan darahnya berhambuaran keluar seperti hujan, setelah mengalahakn
Chimera aku mulai tak sadarkan diri.
Samar-samar aku rasakan kedinginan menyelimuti tubuhku,
dan mulai terasa beberapa tetes air mengenai wajahku, aku mulai mencoba membuka
mataku perlahan,kepalaku terasa sangat sakit dan aku duduk untuk memulihkan
tubuhku, serasa cukup aku mencoba berdiri dan melihat situasi sekitar, dan
mulai menyimpulkan, saat aku pingsan aku berada di tengah lapangan istana
kerajaan yang hancur, dan mengigat kembali apa yang sudah terjadi, aku langsung
bangkit dan berlari menuju rumah,”Raven !, Ferdant !” teriaku dalam hati, “apa
kalian masih hidup” lanjutuk, tak sempat aku berlari, aku melihat kota kerajaan
hancur, kota ini tampak terlihat seperti di sayat-sayat oleh kekuatan seorang
malaikat, banyak para monster yang mati saat aku berlari pergi ke rumah,
bahakan naga angin yang mati dengan tubuh terbelah dua,
Setibanya di rumah, aku melihat mayat Chimera yang ter
belah duan dengan mulut tengah mengigit sebuah tangan yang mengenakan cicin
merah tua belambang pedang, aku jatuh terduduk, kaki lemas dan tak mampu
bangkit, aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat, “mereka sudah mati, Raven
!, Ferdant !, kenapa kalian meninggalkan ku, seandainya aku bisa lebih cepat
pulang kerumah, setidaknya aku akan membantu kalian pergi dari kota ini”
gumamku dan di ikuti jeritan dan teriakan ku karena tak kuat menahan rasa sakit
dalam hati ini.
Untuk beberapa waktu aku terdiam menatap mayat chimera
itu, dan berfikir untuk membalaskan dendam mereka berdua, sudah tak ada tempat
bagiku untuk pulang dan aku berakhir dengan kesendirian. “jadilah seorang
petualang ” Suara Raven terlintas dalam benaku, benar, aku harus menjadi
seorang petualang demi memenuhi permintaan terakhir Raven dan Ferdant, meski
rasa sakit dan amarah ini tengah begejolak, aku harus berfikir untuk melangkah
maju, itulah yang sering Ferdant ajarkan kepada ku saat dia melatihku.
Aku hapus air mataku dan pergi menuju gudang bawah
tanah, di sana aku mengambil beberapa senjata dan perbekalan untuk
keberangkatan ku, setelah persiapan sudah selesai, aku berjalan menuju mayat
Chimera dan mengambil beberapa bagian tubuhnya yang bisa di jadikan komponen
senjata dan Armor, setelah selesai aku melanjutkan perjalananku menuju gerbang
barat, di sana ada jalan menuju kerajaan tetangga, namun langkah ku terhenti
saat melihat bangkai naga angin yang tergeletak diatas reruntuhan rumah, dalam
benak ku berkata bahwa siapa saja yang mengalahkanya pasti bukan lah orang
sembarangn, atau penduduk dan prajurit kerajaan berjuang keras untuk
mengalahkan naga ini, saat aku dekati ada sebuah parit yang terbuat dari sebuah
serangan yang sangat kuat di antara tubuh naga tersebut.
Aku sedikit bingung tapi, aku tak ingin memikirkannya
lebih jauh, karena ini bukanlah situasi yang pas untuk mencari tahu, aku
merangkak masuk ke dalam tubuh naga ini dan mencari jantung sang naga yang
konon bisa memperkuat kekuatan fisik dan sihir, jika seseorang memakan jantung
naga, meskipun dia terlahir tanpa bakat sihir, dia akan mendapatkan kekuaran
sihir yang sangat kuat, bahakan kebanyakan pahlawan adalah mereka yang memakan
jantung naga ini.
Namun di katakan jika, seseorang memakan jantung naga
ini, mereka yang tidak di terima oleh jantung sang naga tidak akan pernah bisa
hidup lebih dari setahun, itulah sebanya tak banyak orang mau memakan jantung
naga, terlebih lagi level buru naga di sebuah Guild berada di kelas bintang
enam yang hanya bisa di ambil oleh mereka yang sudah mempunyai pangkat
beranking S.
Saat aku keluar dari naga itu aku langsung memakan dan
menghabisakannya, karena tak ada efek yang terjadi aku mengambil beberapa
bagian tubuh naga seperti cakar, kulit, dan mara yang nantiya akan di buat
menjadi sebuah armor dengan pertahanan tinggi.
Subscribe to:
Posts (Atom)